Memerah ASI terus-menerus harus dilakukannya lantaran si kecil yang bernama Kirana, saat itu tidak bisa menyusu dengan posisi menyusu normal seperti bayi-bayi lainnya. Tentunya ini terkait kondisi rahang Kirana.
"Sebelumnya, sebulan pertama anak hanya bisa minum melalui selang di hidung. Sejak usia 1 sampai 11 bulan saya selalu beri ASI perah," kenang Nanda dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (5/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Anak Punya Lingkar Kepala Kecil Jadi Motivasi Nanda Berikan ASI
Ketika anaknya meminum ASI perah, Nanda harus memberi botol khusus untuk anak dengan PRS. Yang membedakannya dari botol untuk bayi normal adalah ukuran dotnya yang lebih panjang.
"Kalau di Indonesia biasanya di salah satu merek, dotnya itu ada bagian bawahnya yang lebih panjang. Sehingga kalau bayi tidak mampu mengisap, si ibu bisa memencet dotnya. Kalau dot normal kan biasanya menetes biarpun ditulis pada produknya 'antisedak', tapi kalau di balik posisinya akan tetap netes. Tapi kalau dot ini dia nggak netes meskipun di balik," papar Nanda.
Pada botol khusus ini, aliran susu yang diterima bayi juga bisa diatur. Ada 3 garis yang jika dipencet bisa menentukan aliran susu yang diterima bayi, bisa low, medium, dan high flow. "Botol khusus ini jarang sekali atau bahkan hampir tidak ada di apotek-apotek. Kalau untuk botol yang saya pakai, saya beli di online shop atau langsung dari distributornya," sambung Nanda.
Meski demikian, menurut Nanda saat ini di Indonesia sudah ada juga botol khusus untuk bayi dengan PRS.
Baca juga: Tangguhnya Ibu-ibu Ini Menaklukkan Tantangan 'Tak Biasa' Saat Menyusui
Nanda sendiri sempat tergoda memberikan susu formula untuk anaknya. Sebab dengan pemberian susu formula maka bisa mengurangi jadwal memerah ASI. Dengan demikian dia punya lebih banyak waktu istirahat.
Nanda lalu pergi ke toko susu, hendak membeli susu formula dengan merek yang disarankan temannya. Awalnya Nanda ingin coba-coba dulu, untuk mengetahui anaknya alergi atau tidak. Ternyata tidak ada susu formula ukuran kecil, sehingga dia urung membelinya.
"Makanya saya jadinya tidak beli, akhirnya tidak jadi anak saya diberikan susu formula. Jadinya tetap diberikan ASI," ucap Nanda.
Bunda, Anda juga bisa share pengalaman menyusui dan foto-foto ruangan laktasi kantor Anda melalui media sosial detikHealth dengan hashtag #AyofasilitASI. Bisa di Facebook: https://www.facebook.com/detikHealth atau di Twitter: @detikHealth atau melalui Instagram: detikhealth. Ssst, ada suvenir menarik bagi yang beruntung lho
(vit/ajg)











































