Salah seorang di antaranya, Aysa Aurealya Maharani, mengungkapkan, rumahnya beserta dua temannya kerap disambangi warga untuk meminta akar bajakah. "Iya benar, rumah kita sampai didatangi banyak warga untuk minta akar bajakah itu," ujar Aysa kepada detikHealth, Sabtu (17/8/2019).
Menjawab rasa penasaran warga, Aysa dan kedua temannya menjelaskan kepada warga bahwa obat ini belum dapat diproduksi secara luas karena harus diteliti lebih lanjut.
Hingga saat ini, akar bajakah sendiri sudah banyak diobral mulai dari kedai pinggiran hingga online shop. Menanggapi potensi eksploitasi, Anggina Rafitri, salah satu siswa yang meneliti akar bajakah menegaskan pihaknya belum membuka secara luas jenis bajakah yang digunakan. Ia meminta masyarakat berhati-hati untuk membelinya
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aysa sendiri berharap, bantuan yang diberikan Gubernur Palangka Raya nantinya bisa mendukung penelitian akar bajakah ini lebih lanjut. Ke depannya, ketiga anak ini berharap akar bajakah dapat dijadikan obat dan bermanfaat bagi orang banyak.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang menghadapi viralnya bajakah. Menurut Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi, MPH, pengobatan medis hingga saat ini masih menjadi pilihan utama menghadapi kanker. Terapi ini telah terbukti mampu mengatasi kanker, sehingga pasien bisa kembali sehat, produktif, dan menjalani kehidupan yang berkualitas.
Saat ini, Kemenkes berniat melakukan penelitian lebih dalam soal bajakah. Sayang belum ada rencana lebih detail terkait niat tersebut. Riset diarahkan untuk mengetahui efek yang sebetulnya ditimbulkan bajakah, apakah bersifat terapi atau suportif.
(up/up)











































