"Terdapat pergeseran risiko untuk ketidaknyamanan ke arah usia yang lebih muda. Parameter yang mudah digunakan untuk mengetahui risiko-risiko ketidaknyamanan tersebut (sindrom metabolik) mencakup besarnya ukuran lingkar pinggang, rendahnya kadar kolesterol baik (HDL), serta tingginya kadar trigliserida, glukosa darah puasa dan tekanan darah," ujar dr Kasim Rasjidi, SpPD-KKV, DTM&H, MCTM, MHA, SpJP, LMPNLP, ELT, CCH.
Kepada detikHealth, dokter spesialis penyakit dalam di RS Asri Jakarta ini menyebutkan bahwa sindrom metabolik kini makin banyak didapatkan di usia makin muda dan pertambahannya progresif. Orang yang mempunyai sindrom metabolik mempunyai kemungkinan mendapatkan penyakit jantung koroner, diabetes dan stroke hingga 20 kali lipat, bahkan lebih, dibandingkan yang tidak memilikinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Prof Dr dr Budhi Setianto, SpJP, FIHA, spesialis jantung dan pembuluh darah RS Harapan Kita, menyebutkan bahwa beberapa kondisi kesehatan memang bersifat degeneratif. Ini artinya kondisi tersebut bisa dipercepat oleh beberapa faktor risiko yang memang biasanya terjadi di usia muda.
"Salah satunya itu ya gaya hidup. Orang dengan usia muda kan itu kan masih ada yang malas atau tidak suka olahraga, makan banyak lemak dan tidak teratur, lalu merokok, tidak mengontrol dan menjaga berat badan karena makannya itu makan-makanan yang banyak kolesterol, terlalu manis, gurih, asin," terang Prof Budhi, seperti ditulis pada Rabu (2/4/2014).
Kebiasaan gaya hidup seperti itulah yang menurut Prof Budhi memberikan peran terhadap kondisi tubuh, salah satunya tekanan darah tinggi. Padahal tekanan darah tinggi atau hipertensi dikenal bisa berefek pada munculnya komplikasi lain seperti penyakit jantung.
(ajg/vit)











































