Meski lembur bukan merupakan penyebab langsung kematian, lembur digadang merupakan salah satu faktor pemicunya. Hal tersebut diungkapkan oleh dr Kasim Rasjidi SpPD KKV, DTM&H, MCTM, MHA, SpJP, LMPNLP, ELT, CCH dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (2/4/2014).
"Lembur adalah faktor pencetus saja. Prosesnya tidak dapat dipisahkan dari keseharian sebelumnya," tuturnya.
Hal senada diungkapkan oleh dr Andreas Prasadja, RPSGT, dokter di Rumah Sakit Mitra Kemayoran. Menurutnya lembur bukan merupakan penyebab langsung kematian. Pada kasus meninggalnya si gadis copywriter, penyebabnya lebih dikarenakan faktor tidak terpenuhinya kebutuhan waktu tidur. Meskipun demikian, menurut pakar tidur itu, faktor lain seperti riwayat kesehatan juga turut menentukan.
Lantas bagaimana agar kerja lembur tak berujung nahas, seperti kolaps atau bahkan kematian?
Agar beban saat lembur kerja tak membuat tubuh jatuh sakit hingga mengakibatkan kematian, dr Kasim berpesan agar para kawula muda menjaga kondisi tubuh dengan mengasup cukup air dan makanan berkualitas. Yang perlu diingat adalah kuantitas makanan dan minuman yang diraup harus disertai dengan kualitas. Banyak meminum air berjenis kopi, teh, atau minuman bersoda tinggi, menurut Dr Kasim, tidak akan menambah stamina ketika harus lembur dan justru menimbulkan ketidakseimbangan sistem di dalam tubuh.
Menambahi pesan dr Kasim, dr Andreas mengungkapkan bahwa cukup tidur merupakan faktor penting yang juga harus diperhatikan agar kerja lembur tidak berujung pada kematian. Menurutnya tidur larut malam bukan merupakan masalah asalkan waktu tidur tubuh dapat terpenuhi.
"Jangan mentang-mentang masih muda, lalu mengabaikan tidur. Saran saya, perhatikanlah kesehatan tidur. Dengarkan irama tubuh jika memang sudah lelah dan mengantuk. Jangan pernah memaksakan dengan kafein atau minuman penambah energi," pesannya ketika berbincang dengan detikHealth.
(vit/vit)











































