Cerita Haru 'PJKA' demi Kumpul Keluarga, Berharap Pengorbanan Jadi Ibadah

Cerita Haru 'PJKA' demi Kumpul Keluarga, Berharap Pengorbanan Jadi Ibadah

Rosmha Widiyani - detikHealth
Rabu, 31 Okt 2018 15:45 WIB
Cerita Haru PJKA demi Kumpul Keluarga, Berharap Pengorbanan Jadi Ibadah
Ilustrasi pejuang 'PJKA.' Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Kemajuan teknologi komunikasi idealnya bisa menjembatani perbedaan jarak dan waktu. Namun komunikasi lewat teknologi ternyata tidak cukup menjawab rasa kangen pejuang 'PJKA' alias Pergi Jumat Kembali Ahad (Minggu), yakni mereka yang bekerja jauh dari keluarga. Alhasil, jarak ratusan kilometer ditempuh hampir tiap akhir pekan demi bisa melepas rindu.

"Penting menurut saya untuk bertemu orangtua secara fisik. Telepon atau bahkan video call tetap berbeda nilainya, baik kami sebagai anak, maupun orangtua, yang sama-sama ingin memastikan 'everything is ok'," kata Medy Ratna dalam e-mail kepada detikHealth.

Medy yang bekerja di Jakarta sejak 2009, awalnya pulang ke Surabaya satu bulan sekali demi menengok orangtua. Seiring masa kerja dan kemudahah melalui aplikasi travel, Medy bisa pulang sekali dalam satu hungga dua minggu. Menurutnya, tak sulit kabur dari sejenak dari suami selama dua hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Teknologi mungkin bisa menjadi pilihan Leli Maftuchah yang bekerja di sebuah universitas di Depok. Saat ini, suami Leli ada di Bekasi dan anaknya yang berusia satu tahun tinggal di Purbalingga. Namun Leli memilih 'PJKA' tiap akhir pekan menggunakan bus.

"Anakku yang sedang lucu-lucunya harus terpisah dariku. Membayangkan saja rasanya tidak sanggup, sampai-sampai aku takut kalau kalau aku gila. Tapi toh akhirnya betul terjadi. Dengan mempertimbangkan banyak hal, kami berpisah saat usia anakku 6 bulan," kata Leli.

Rutinitas 'PJKA' dimulai hari Jumat pukul 15.00 dan diakhiri Senin pagi saat kembali bekerja. Ada satu oleh-oleh yang selalu dibawa pulang Leli dalam perjalanan 10-12 jam tersebut. Oleh-oleh tersebut adalah stok ASI yang telah dipompa dan disimpan selama satu minggu.

Pulang dan bertemu dengan wajah si abang, sapaan Leli untuk anaknya, seperti mengisi baterai kehidupan. Senyum si abang membuat Leli melupakan penat dan terus bertahan untuk bekerja. Meski lelah, Leli bersyukur masih bisa bertemu abang tanpa harus menyeberang pulau.


Menatap wajah ibu

'PJKA' juga menjadi pilihan Husnul Hatimah yang bekerja di Jakarta Utara dan tinggal di Setu, Cikarang Barat. Husnul mungkin tak menyangka, rutinitas 'PJKA' memungkinkannya bertemu kali terakhir dengan almarhum ibu.

"Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi kesempatan ibu pergi bersamaan dengan kepulangan saya. Penyesalan itu masih ada. Bila tahu ibu pergi secepat itu, saya rela pergi pulang rumah kantor setiap hari," kata Husnul.

Husnul yang pulang pada Jumat 24 Maret 2017 masih sempat menemui ibunya, yang meninggal pada Sabtu dini hari pukul 02.30 pada Sabtu 25 Maret 2017. Husnul yang tiba di rumah pukul 22.00 masih sempat ngobrol dan makan bersama dengan sang ibu.

Mengorbankan waktu kumpul bersama keluarga tiap hari memang tidak pernah mudah. Husnul yang kini ngekos dekat kantor berharap 'PJKA' yang dilakukannya bisa menjadi ibadah.





Tonton juga 'Mahasiswa Indonesia Ciptakan Startup untuk Perantau di Luar Negeri':

[Gambas:Video 20detik]

(Rosmha Widiyani/up)
Pulang Jumat Kembali Ahad
10 Konten
Bekerja jauh dari keluarga memang berat. Demi berkumpul dengan keluarga, terpaksa harus menjalani ritual mudik rutin tiap akhir pekan, atau dikenal dengan istilah 'PJKA'. Pulang Jumat Kembali Ahad (Minggu). Stres, lelah, dan pastinya mahal.

Berita Terkait