Pakar mengatakan bahwa keadaan yang dialami Indonesia merupakan buah dari imunitas vaksin COVID-19 sekaligus imunitas natural virus itu sendiri.
"(Di Indonesia) Orang yang sudah terinfeksi sudah cukup banyak, sudah punya imunitas ditambah vaksin. Vaksin apa pun ternyata efektif. Vaksin Sinovac ternyata efektif. Orang yang sudah divaksin atau tadinya terinfeksi sudah divaksin, kadar imunitasnya juga tinggi. Kadang kita sebut super immunity," ucap Pandu Riono, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dalam diskusi daring, Kamis (21/10/2021).
Selain itu, Pandu menyoroti lamanya durasi lockdown. Negara seperti Australia menerapkan lockdown terlalu lama, sementara Indonesia meskipun tidak menggunakan lockdown, vaksinasi terus ditingkatkan.
"(Australia) terlalu lama lockdown, orang-orangnya tidak terekspos virus. Kalau semua tinggal di rumah, tidak ada interaksi antar manusia ya tidak menular. Tapi begitu mereka keluar dan vaksinasi belum menjangkau semua orang yang tadinya di rumah, maka dia akan menjadi korban karena virus masih ada," lanjut Pandu.
Di samping itu, Pandu mengatakan PPKM berlevel berhasil menekan angka penularan COVID-19. Varian Delta yang sempat dikhawatirkan akan menjadi biang lonjakan kasus ternyata penularannya dapat ditekan secara drastis.
"Kombinasi antara pembatasan kegiatan masyarakat yang mulai dengan PPKM Level 4, 3, 2 itu kemudian ada upaya vaksinasi dan sebagian sudah punya imunitas karena infeksi atau kombinasi keduanya. Maka itu yang membantu kenapa Indonesia paling rendah dibanding negara-negara lain," pungkas Pandu.
Tonton juga Video: Sinovac Jadi Incaran Warga Singapura untuk Vaksinasi Booster
(up/up)