Hasil Riset 3 Dosis Vaksin Corona Vs Omicron: Pfizer, Moderna, Sinovac

Hasil Riset 3 Dosis Vaksin Corona Vs Omicron: Pfizer, Moderna, Sinovac

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Minggu, 26 Des 2021 09:01 WIB
Hasil Riset 3 Dosis Vaksin Corona Vs Omicron: Pfizer, Moderna, Sinovac
Hasil riset vaksin COVID-19 lawan Omicron. (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta -

Nyaris sebulan sejak Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, kini angkanya terus melonjak di beberapa negara terutama Eropa. Inggris dan Prancis belakangan mencatat rekor kasus COVID-19 harian di atas 100 ribu.

Meski Omicron sejauh ini diklaim memiliki gejala COVID-19 lebih ringan ketimbang varian lain, temuan lebih dari 20 mutasi pada varian Corona B.1.1.529 membuat dunia khawatir fasilitas kesehatan bisa ikut terbebani karena kemampuan menular 500 persen lebih cepat ketimbang varian awal Wuhan.

Mengutip sejumlah literatur, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Dr Masdalina Pane, menjelaskan kemampuan menular Omicron 5 kali lipat dari varian awal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kalau varian awal itu antara 2-4, maka dia (Omicron) bisa menularkan antara 10 sampai dengan 40 orang kalau dia reproductive number-nya sampai dengan 5 kali lipat," jelasnya beberapa waktu lalu.

Omicron disebut-sebut memicu penurunan efektivitas vaksin COVID-19 berdasarkan hasil riset awal, sehingga vaksinasi booster disarankan. Meski begitu, WHO menilai hingga kini vaksin booster hanya bisa diprioritaskan untuk kelompok rentan termasuk lansia.

ADVERTISEMENT

Berikut hasil riset sementara vaksin COVID-19 melawan varian Omicron:

1. Vaksin AstraZeneca

Hampir 2,5 miliar dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca-Universitas Oxford telah didistrubusi secara global, 1,1 miliar di antaranya diberikan di India. Data per 14 Desember dari badan Keamanan Kesehatan Inggris, Universitas Oxford dan Imperial College London menunjukkan infeksi COVID-19 Omicron membuat perlindungan dari dua dosis vaksin AstraZeneca mengalami penurunan.

Ada 188 ribu orang yang diteliti terkait studi vaksin melawan Omicron. Meski begitu, hasil studi didasarkan pada jumlah sampel yang sangat kecil untuk Omicron yakni 581 kasus dibandingkan 56.439 kasus varian Delta, dan belum peer review.

Dari 581 kasus Omicron, 20 persen di antaranya tidak divaksinasi (yang merupakan 11 persen dari keseluruhan hasil tes yang dilihat), sementara 33 persen lainnya telah menerima dua dosis vaksin AstraZeneca berselang 15 minggu atau lebih. Riset kemudian mengklaim dua dosis vaksin AstraZeneca diikuti booster Pfizer bisa meningkatkan perlindungan.

Saksikan juga Year In Review 2021: Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi

[Gambas:Video 20detik]



2. Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna

Sebuah studi tentang hasil tes oleh perusahaan asuransi terbesar di Afrika Selatan, Discovery Health, menemukan dua vaksin COVID-19 Pfizer 70 persen efektif melawan infeksi Omicron, sedikit menurun dibandingkan dengan efektivitas awal yang berkisar 80 persen.

EFektivitas 70 persen tersebut juga termasuk melawan penyakit parah, atau kasus rawat inap.

Sementara studi Columbia University dan University of Hong Kong menemukan antibodi dari vaksin Pfizer 20 kali lebih rendah dalam melawan varian Omicron ketimbang varian asli. Dalam penelitian Inggris, dari 581 kasus Omicron, 32 persen telah menerima dua dosis vaksin Pfizer 15 minggu sebelumnya atau lebih dari itu.

Lagi-lagi peneliti menyimpulkan vaksinasi booster membuat perlindungan meningkat, dan ada perbedaan besar. Antibodi vaksin Pfizer melawan Omicron diklaim kembali meningkat sama seperti menghadang infeksi varian awal.

Dibandingkan Pfizer, studi Columbia University-University of Hong Kong melihat penurunan antibodi lebih sedikit saat melawan Omicron. Penurunan antibodi vaksin Moderna terhadap Omicron terjadi sembilan kali lipat dibandingkan dengan infeksi varian sebelumnya.

Di akhir kesimpulan kembali ditekankan antibodi meningkat tinggi usai diberikan vaksin booster dengan jenis serupa.

3. Vaksin Sinovac

Perusahaan China Sinovac's CoronaVac adalah salah satu vaksin yang paling banyak dikirim secara global, memasok vaksin ke sejumlah negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara, meskipun tingkat efikasi dari hasil studi lebih rendah ketimbang vaksin COVID-19 lain. Bahkan Brasil menyarankan vaksinasi booster Sinovac untuk usia lebih tua sebelum negaranya diserang Omicron.

Sebuah studi laboratorium Universitas Hong Kong menunjukkan bahwa sampel dari orang yang menerima dua dosis vaksin Sinovac gagal menghasilkan antibodi yang dapat dideteksi melawan Omicron, sehingga kesimpulannya suntikan booster diperlukan.

Namun, dalam laporan riset terbarunya, tiga dosis vaksin Sinovac diklaim tak mampu melawan varian Omicron.

Dikutip dari Reuters, peneliti menilai vaksin COVID-19 berbasis mRNA untuk booster yakni Pfizer lebih efektif diberikan untuk membentuk kekebalan terhadap varian Omicron. Hanya saja peneliti tidak menjelaskan lebih lanjut berapa besar antibodi yang dihasilkan vaksin Sinovac atau Pfizer melawan varian Omicron.

Para ahli menyarankan penerima dua dosis vaksin Sinovac untuk mencari vaksin jenis lain jika ingin mendapatkan dosis vaksin booster atau vaksin COVID-19 ketiga.

Saksikan juga Year In Review 2021: Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi

[Gambas:Video 20detik]



Halaman 3 dari 2
(naf/naf)
Varian Super Omicron
54 Konten
Varian B.1.1.529 belakangan bikin heboh. Kabar terbarunya, WHO kini memasukkan varian B.1.1.529 di kelompok variant of concern.

Berita Terkait