Sejumlah negara kini diterpa 'resesi seks', yakni penurunan populasi lantaran wanita enggan menikah. Di samping itu, masalah kesehatan di Indonesia masih sangat kompleks. Mulai dari kesehatan ibu dan anak, angka kematian ibu dan bayi, sampai pencegahan dan pengendalian penyakit.
Pakar kesehatan masyarakat dari Amerika Serikat, Robert W. Blum, MD dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, menyorot masih maraknya kasus perkawinan anak. Pasalnya, fenomena tersebut merembet ke aspek lain termasuk kesehatan ibu, risiko kematian ibu, hingga kondisi mental.
"Ada hal yang sangat besar tentang perkawinan anak. Ada yang menormalisasi perkawinan anak, digabungkan dengan kemiskinan dan kurangnya kesempatan," bebernya dalam sesi diskusi di agenda The 2nd International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health di Yogyakarta, Rabu (24/8/2022).
Perkawinan anak yang terjadi di banyak negara, termasuk di Indonesia, tentu akan menyebabkan masalah kesehatan. Anak yang menikah di usia 12-15 tahun, berisiko mengalami kehamilan berisiko yang berujung pada kematian ibu.
"Kalau kita bicara anak 12 tahun menikah, tulang panggul mereka kecil sekali. Bayinya bisa lahir kecil dan ibunya bisa meninggal," ucapnya.
Anak yang lahir dari ibu yang masih terlampau muda juga berisiko mengalami stunting. Dampak pernikahan anak terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain, terjadinya keguguran, kelahiran prematur, perdarahan hingga kematian ibu.
Simak Video "Video Lansia Juga Bisa Alami Gangguan Kesehatan Mental, Seperti Apa?"
(kna/vyp)