Penyakit fibrilasi atrial (FA), misalnya. Penyakit ini dipahami sebagai gangguan listrik pada jantung. Orang-orang dengan kondisi ini memiliki risiko besar terkena stroke.
Seperti dijelaskan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus Guru Besar Aritmia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Yoga Yuniadi, penyakit ini tidak memunculkan gejala yang terlihat gamblang. Seringkali, gejalanya hanya berupa jantung berdebar, yang dipahami masyarakat sebagai bukan masalah besar.
"Gejala FA itu sebetulnya tidak begitu heboh. Cuma berdebar saja. Cuma sensitivitas orang terhadap berdebar atau palpitasi ini berbeda-beda. Ada orang yang menganggap berdebar biasa aja, sehingga disepelekan. 40 persen gejala awal FA adalah stroke, karena dia selama ini berdebar dianggap biasa saja tidak dihiraukan," ujarnya dalam konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2023, Selasa (26/9/2023).
"Pada prinsipnya sebetulnya berdebar itu adalah sesuatu yang spektrumnya sangat luas. Dari tidak apa-apa hanya gejala psikologis, sampai berat seperti stroke," imbuhnya.
Menghadapi risiko tersebut, dr Yoga menganjurkan orang yang mengalami jantung berdebar untuk melakukan pemeriksaan medis. Langkah pertamanya, bisa dengan melakukan pemeriksaan dengan memeriksa nadi sendiri atau 'Menari'.
"Kalau ada berdebar berjlang bisa seperti berdenyut menjadi lebih cepat atau iregular, terasa lebih kuat, atay ada hilang-hilang dengutnya itu namanya berdebar atau sering dianggap sebagai nyeri dada. Hal-hal ini sebaiknya memang diperiksakan," pungkas dr Yoga.
Jangan lewatkan webinar gratis tentang manfaat jalan kaki bagi jantung, Selasa, 26 September 2023 pukul 16.00 WIB, dan menangkan hadiah menarik bagi penanya yang beruntung. Selengkapnya CEK DI SINI.
Simak Video "Video: Pentingnya Pemeriksaan Jantung Secara Rutin Bagi Annisa Pohan"
(vyp/up)