"Itu memenuhi semua kriteria definisi untuk menjadi kanker turbo. Ingat, Biden mengambil, secara terbuka mengambil, enam suntikan COVID-19," kata Peter McCullough, seorang ahli jantung Amerika yang selama bertahun-tahun menyampaikan vaksin dan informasi kesehatan yang salah, dalam sebuah video yang dibagikan pada 19 Mei 2025 di X.
Klaim serupa juga muncul di platform lainnya, termasuk Facebook, dengan postingan pertama yang menyebutkan "kanker turbo" muncul secara online dalam beberapa menit setelah pengumuman diagnosis kanker mantan presiden itu.
Berdasarkan penelusuran, klaim dalam unggahan tersebut tidak didukung oleh bukti medis. Menurut laporan dari tim cek fakta AFP, "turbo cancer" merupakan istilah buatan yang tidak diakui dalam dunia medis. Istilah ini sering digunakan oleh kelompok anti-vaksin untuk menyebarkan disinformasi yang mengaitkan vaksin COVID-19 dengan kanker agresif.
Joe Biden memang didiagnosis kanker prostat agresif yang telah menyebar ke tulang, tetapi tidak ada bukti bahwa penyakit tersebut merupakan akibat dari vaksin COVID-19.
Menurut otoritas medis termasuk National Cancer Institute dan American Cancer Society, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang disetujui dapat menyebabkan kanker tumbuh atau kembali.
"Tidak ada bukti yang kredibel bahwa vaksin dan booster COVID-19 menyebabkan semua jenis kanker. Bahkan tidak ada mekanisme yang masuk akal secara ilmiah di mana vaksin dapat menyebabkan kanker," kata Otis Brawley, seorang ahli onkologi dan ahli epidemiologi di Universitas Johns Hopkins.
Kanker prostat, yang paling umum di kalangan pria, biasanya didiagnosis jauh lebih cepat. Tetapi ahli onkologi mengatakan kepada AFP bahwa identifikasi yang terlambat dari kanker stadium lanjut bukan sesuatu yang jarang terjadi, bahkan untuk seseorang yang menerima perawatan medis terbaik.
Simak Video "Video: Joe Biden Jalani Terapi Radiasi untuk Kanker Prostat"
(kna/kna)