Cegah Jantung Kolaps, Perlukah Pakai Smartwatch Saat Olahraga?

Cegah Jantung Kolaps, Perlukah Pakai Smartwatch Saat Olahraga?

Ardela Nabila - detikHealth
Senin, 24 Mei 2021 06:38 WIB
JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang diuji coba sebagai lintasan road bike mulai hari ini. Sejumlah pesepeda pun ramai-ramai datang untuk bersepeda di jalur tersebut
Smartwatch untuk memonitor denyut jantung (Foto: Getty Images/iStockphoto/Strelciuc Dumitru)
Jakarta -

Pesepeda road bike yang meninggal di tengah uji coba road bike di JLNT (Jalan Layang Non Tol) Kampung Melayu-Tanah Abang (Casablanca) menggunakan alat untuk merekam denyut jantungnya. Beberapa jenis smartwatch atau jam pintar juga punya fitur serupa.

Alat apapun untuk merekam denyut jantung atau heart rate monitor (HRM) bisa bermanfaat untuk mengukur intensitas olahraga, sehingga terhindar dari risiko jantung kolaps. Jadi, apakah perlu olahraga menggunakan smartwatch?

Menurut dr BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP (K) dari Heartology Cardiovascular Center, penggunaan smartwatch saat berolahraga memang berguna apabila jenis smartwatch yang dipakai adalah jenis yang berkualitas.

Namun, jika tidak digunakan atau dipasang dengan benar, maka manfaat smartwatch saat berolahraga tentu saja tidak bisa dirasakan.

"Tergantung pada kualitas smartwatch yang kita pakai. Kemudian tergantung juga dengan cara pemakaian kita. Karena sensor dari smartwatch itu dengan masing-masing merk berbeda. Yang hati-hati juga adalah bahwa kemungkinan kesalahan pada saat pengukuran apabila tidak dipasang dengan baik," tutur dr Ario dalam Zoom Media Briefing, baru-baru ini.

ADVERTISEMENT
JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang diuji coba sebagai lintasan road bike mulai hari ini. Sejumlah pesepeda pun ramai-ramai datang untuk bersepeda di jalur tersebutJLNT Kampung Melayu-Tanah Abang diuji coba sebagai lintasan road bike mulai hari ini. Sejumlah pesepeda pun ramai-ramai datang untuk bersepeda di jalur tersebut. Seorang pesepeda meninggal di tengah uji coba tersebut, diduga serangan jantung. Foto: Agung Pambudhy

Pemakaian smartwatch saat berolahraga sendiri salah satunya bermanfaat untuk melihat irama jantung. Dengan demikian, kamu bisa dengan mudah mengetahui kapan harus berhenti atau beristirahat sejenak apabila irama jantung telah terlalu cepat saat berolahraga.

"Namun kalau itu dikerjakan dengan baik, alatnya memang cukup baik, memang sebaiknya pada saat olahraga dipantau juga denyut jantung menggunakan smartwatch. Jadi artinya kita paling tidak mendapatkan warning apabila irama jantung kita menjadi terlalu cepat," lanjutnya.

Dari berbagai jenis smartwatch yang ada di pasaran, ada sebagian yang memang dilengkapi fitur-fitur untuk mendukung olahraga. Umumnya lebih populer dengan sebutan sportwatch.

Cara mengukur denyut jantung maksimal atau HR Max saat olahraga menurut dr Michael Triangto, SpKO bisa disimak DI SINI.

JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang diuji coba sebagai lintasan road bike mulai hari ini. Sejumlah pesepeda pun ramai-ramai datang untuk bersepeda di jalur tersebutSeorang pesepeda melintas di JLNT Kampung Melayu - Tanah Abang. Foto: Agung Pambudhy

Sebelumnya, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Rudy Saptari mengatakan pesepeda berusia 62 tahun diduga mengalami serangan jantung di tengah uji coba JLNT Casablanca untuk road bike. Diduga kelelahan, pesepeda tersebut akhirnya meninggal dunia.

"Dari dokter diduga kecapaian karena dilihat dari Garmin-nya itu yang di pencetan sepeda itu detak jantung almarhum tinggi, 180. Kalau kita orang normal 75 kan, 100 aja udah deg-degan beliau 180 mungkin kecapekan kemudian ada riwayat jantung," jelas Rudy, Minggu (23/5/2021).




(up/up)
HR Max Saat Olahraga
8 Konten
Memonitor denyut jantung saat olahraga sangat penting untuk menghindari kolaps yang berakibat fatal. Untuk sehat, olahraga sebaiknya dilakukan di training zone yakni 60-70 persen dari HR (heart rate) maksimal.